Hari terakhir gw bersama camer adalah hari spesial buat camer. Camer minta dimasakin makanan Indonesia untuk dinner. Waduhhh… sebenarnya gw bingung mau masak apa. Takutnya dimasakin makanan Padang nanti gak suka. Camer gw anti cabe. Kalau dimasakin rendang beneran nanti kapok sama masakan gw, hari terakhir malah jadi petaka. Jadinya, gw janjikan masakan ala chef Via!
Belanja dapur
Pertama-tama belanja dulu ke toko Indonesia di kota (pasar). Maksud hati mau bikin rendang beneran dari bumbu mentah, sama dendeng non balado plus ayam ber bumbu. Mau beli jahe murni seuprit tigapuluh ribu, lengkuas seuprit tigapuluh ribu juga. Busyet deh, pada mahal semua. Semua daun-daun seperti daun salam, daun jeruk sih ada, tapi harganya selangit. Akhirnya kembali ke pengaturan awal; beli bumbu-jadi giling kering alias bubuk, biar harga sama juga masih bisa di pakai setahun. Dan lagi-lagi gw beli tempe dan bumbu-jadi rendang. Sisanya belanja di supermarket.
Masakan ala chef Via
Hari terakhir ini harusnya berkesan sebagai kesan terakhir yang membuat gw terkenang-kenang. Bisakah masakan gw ini membuat camer jatuh cinta, seperti Geart yang pernah bilang perutnya jatuh cinta dengan masakan gw. Hhmmm… yuk kita nantikan.
Masakan yang gw bikin adalah rendang dari bumbu sachet, dendeng non balado yang gw kasih kecap plus dua biji cabe merah rebonding dan gw campur dengan tempe yang dipotong kotak kecil-kecil. Dan satu lagi sayur sop brokoli campur bakso daging buatan sendiri dari daging giling murni, nggak pakai tepung lho. Kaldu hasil rebusan baksonya gw buang dan yang dipakai buat kuah sayur adalah air rebusan brokolinya. Inilah tiga macam masakan dengan ide dadakan nan membuat camer gw mengatakan ini:
“Kamu mencuri hati saya di hari kedua, dan hari ini kamu juga telah mencuri perut saya”
Goodbye from camer
Alhamdulillah saudara-saudara, misi gw berhasil. Gw tidak pernah berharap lebih dari sekedar restu yang mereka berikan. Selama tiga tahun hubungan gw dengan Geart hingga keberangkatan gw di Juli ini, gw belum direstui oleh mereka. Namun selama gw di Belanda, gw merasa telah dimanjakan dengan kasih sayang dan perhatian. Bahkan sebelum gw pulang ke Indonesia, camer telah menyiapkan kado lagi untuk gw.
Goodbye to camer
Esok harinya gw diantar kedua camer ke stasiun Leeuwarden. Gw masih harus naik kereta ke Amsterdam selama tiga jam bersama Geart. Camer hanya mengucapkan salam perpisahan di dalam kereta stasiun. Gw memeluk berulang kali kedua camer gw karena sang ibu menestekan air mata. Camer mengharapkan gw bisa tinggal di Belanda, namun Geart sangat cinta Indonesia.
Goodbye camer… semoga kita berjumpa lagi.