Part 5: Kesan Pertama tentang Orang Belanda

Tiga hari pertama gw masih belum bisa meraba keaslian orang-orang Belanda, dan menghapal jalan-jalan yang gw lalui. Namun ada beberapa hal yang pastinya nyangkut di hati dan pikiran gw karena hal tersebut berbeda dengan kehidupan gw sehari-hari di Indonesia. Misalnya hal-hal berikut:

Ukuran tubuh

Jangan kira orang Belanda semua segede bagong ya, (setahu gw Bagong dalam serial Petruk itu pendek dan gemuk). Nggak kok, sama seperti kita orang Indonesia. Di Belanda juga ada orang yang kecil, pendek, buntel, tinggi, kurus, singset, dll. Tambahannya; sebagian orang Belanda memang ada yang tinggi gede. Tinggi 180meter-an, gede 100kilo-an. Dan gw yang kecil ini nggak terlalu merasa minder. Toh baju hangatnya camer bisa dipasin ke gw.

Bahasa sehari-hari

Bahasa sehari-hari di Belanda adalah bahasa Belanda. Tapi kemana pun gw pergi, gw berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan komunikasi gw dengan siapapun lancar. Artinya, hampir semua orang yang ditemui bisa berbahasa inggris. kecuali yang sudah tua banget, yang sekolahannya dulu pakai bahasa nasional doang. Sekolahan sekarang di Belanda hampir semua bertaraf internasional. Buku berbahasa inggris dan ujian berbahasa inggris, jadi semua siswa wajib pinter bahasa Inggris.

Bahasa sehari-hari di Friesland termasuk Leeuwarden adalah bahasa Belanda juga. Tahu merek susu kental manis Frysian Flag kan? yang ada bendera Frysian nya? nah itu dari daerah Friesland. Sapi Friesland sangat terkenal lho, ciri-cirinya ada corak hitam diantara kulitnya yang putih. Bahasanya juga beda, (bukan bahasa sapi-nya). Ada sebagian daerah masih pakai bahasa Frysian. Sebagian ada yang ngotot mempertahankan bahasa tersebut dan menurunkan sama anak cucu. Terutama camer gw yang laki. Di dalam keluarga Geart, si papa masih menggunakan bahasa Frysian sebagai bahasa sehari-hari, sedangkan si mama menggunakan bahasa Belanda kepada anak-anaknya. (hehehe… maap, nanti saya mau ajarin bahasa Padang sama anak saya, bukan Frysian 😛 daripada dia bingung.)

Disiplin

Menurut gw, orang Belanda dengan gaya hidupnya yang disiplin, menjadi tidak banyak yang punya sifat malas. Mungkin ada… tapi tetap harus disiplin. disiplin mengenai kebersihan, pajak, solideritas, dll. Misalnya, disipilin masalah kebersihan, kalau buang sampah sembarangan kena denda, merokok sembarangan didenda, bawa mobil kencang-kencang tidak sesuai aturan juga didenda. Contoh lain, listrik, kalau nggak disiplin dalam pemakaian listrik bisa bangkrut. eh, nggak bangkrut-bangkrut amat sih… tapi kan listrik nggak gratis, lumayan mahal katanya. Di Belanda, listrik hampir nggak pernah padam. kalau mati lampu, pemerintah harus ganti rugi gede-gedeanan ke setiap pemakai listrik, baik rumah maupun perusahaan. Jadi kalaupun mati lampu, biasanya hanya sekali dalam beberapa tahun. Beda ya sama I****tettt… yang listriknya langganan padam.

Jujur

Gw kira, masyarakatnya jujur secara merata. toh buktinya, banyak hal yang mengkhawatirkan di Indonesia menjadi tidak perlu dikhawatirkan di Belanda. Misalnya, parkir mobil di jalanan sepanjang malam. Berhubung semua jalanan di depan rumah cukup luas dan disediakan tempat parkir di pinggir jalan, maka semua orang pada parkir di sana. Nggak ada yang takut kecurian walaupun kaca mobilnya transparan dan barang bergeletakan di mobil. Contoh lain, kalau kita belanja di supermarket yang berdampingan, terus habis belanja di supermarket sebelah yang nggak pakai kantong, barang belanjaan tersebut bisa kita taruh lagi di trolly dan dibawa masuk ke supermarket sebelahnya. Nanti di kasir tinggal dipilih mana yang dari supermarket A atau B, dan nggak bakal dicurigai kalau barang yang diambil bakalan nggak dibayar.

Tukang ngobrol

Satu hal yang mengejutkan, ternyata orang Belanda itu doyan ngobrol. Buktinya banyak banget kafe dan restoran, baik indoor maupun outdoor. Mayoritas kafe nya open air, dan jumlahnya buaanyak banget. Ternyata orang Belanda suka ngumpul-ngumpul dan nongkrong lama di kafe. Ada sebagian bar tempat nongkrong, tapi nggak begitu di gemari.

 

Depan rumah camer, 3 lantai papan kayu semua. Kalau semua semen bisa kedinginan di musim dingin. semen menyerap dingin. Di Belanda standar semua rumah adalah papan kayu.
Depan rumah camer, 3 lantai papan kayu semua. Kalau semua semen bisa kedinginan di musim dingin. semen menyerap dingin. Di Belanda standar semua rumah adalah papan kayu.

Rumah yang lebih murah berjenis flat/ apartemen beberapa lantai. Bisa di sewa per lantai bayar tahunan. Rumah yang mahal letaknya di komplek perumahan, dan biasanya di bangun beberapa tingkat. Kalau apartemen yang punya taman belakang lebih mahal lagi.