Part 6: Kesan Pertama Melihat Negara Belanda

Hal-hal berkesan yang gw perhatikan mengenai lingkungan dan negaranya adalah seperti berikut:

Rumah

Hampir semua rumah non permanen. maksudnya dinding doang yang tembok, kalau rumahnya bertingkat, itu terbuat dari kayu. Tapi walaupun dari bahan kayu, tetap aja mahal. Sewa apartemen yang murah tetap harganya jutaan kalau dihitung uang kita. Apartemen lantainya semen, tapi biasanya dilas lagi sama papan. Kalau rumah camer yang gw tempatin sekarang, semua lantai nya dialas karpet. Kalau mau masuk rumah, sendal atau sepatu nya dipakai aja. Sendal atau sepatu yang kita pakai dari luaran, dari ujung kulon sekalipun tetep dipakai terus sampai ke kamar tidur segala. Kalau dipikir, rumahnya pasti jorok dong. ternyata tidak, karena memang di Belanda nggak ada kotoran, sampah, debu, dan bersih dimana-mana. So, bisa nggak bersih-bersih rumah beberapa hari. Paling hanya divacum dua atau tiga hari sekali.

Desain gedung

Buat yang tinggal di Jakarta atau pernah ke daerah Kota, itulah cerminan Belanda sesungguhnya. Lihatlah dekat musium Kota atau jalan di depan perusahaan Samudra Indonesia di daerah Kota, gw lupa nama jalannya. Nah, ukuran gedung, model gedung, rumah, pengairan, selokan gede yang disebut kanal persis sama desain Kota. Bedanya, di Indonesia sampah ada di mana-mana, dan gedung nya tidak terurus. Kalau di Belanda, gedungnya rapi, lingkungan nya bersih, air mengalir sepanjang kanal, digunakan buat transportasi. Sedangkan di Indonesia, air di kanal nya sudah berwarna hitam, penuh sampah dan jorok.

Kalau gw lihat, sepertinya desain dan arsitektur yang sudah ada di Belanda jaman kolonial, telah diterapkan sama persis di Indonesia, sementara di Belanda gedung tersebut masih utuh dan bersih hingga kini berumur ratusan tahun, sedangkan di Indonesia, gedung nya sudah reot dan kumuh. Artinya adalah, orang Belanda sadar perawatan. kalau orang Indonesia sadar korup**….. ?

Tanah

Di Belanda sepertinya sudah tidak ada tanah nih. Maksudnya, semua tanah dan jalan ditutup beton dan aspal. Ada jalur mobil dengan aspal, ada jalur sepeda dengan aspal atau beton warna merah, sisanya tertutup beton dan di pekarangan rumah rata-rata tumbuh rumput. Sepanjang gw naik kereta dari Amsterdam hingga Leeuwarden, gw melihat begitu banyak peternakan. Sejauh mata memandang sampai berhektar-hektar yang kelihatan rumput semua, sapi, domba, dll. yang intinya, tanah tidak kelihatan. habis… paling-paling, kalau ada juga tanahnya sedikit. Makanya nggak ada debu-debu berterbangan kalau angin kencang.

Supermarket

Kalau di supermarket Belanda yang sekelas indomaret, Giant atau Carefour di Indonesia, rata-rata nggak disediakan kantong plastik. Jadi kalau mau belanja, bawa tas atau kantong sendiri dari rumah. Kalau belanja banyak, bawa keranjang sendiri. katanya biar efisien, nggak menambah kerusakan lingkungan dengan mengurangi kantong plastik bungkus. Di kasir pun cepat. Kita nggak perlu antri dengan bawaan yang berat. Di dekat kasir langsung bisa ditaruh barang belanjaan, nanti barangnya jalan sendiri seperti ambil bagasi di airport. Terus, lewat mesin scan, harga terpampang di layar, bayar pakai kartu atm atau credit card dan selesai, langsung minggir. Ada juga supermarket yang menyediakan plastik, tapi harus bungkus sendiri. Kalau beli pecah belah, juga dibungkus kertas sendiri. terus ada lagi, kalau ada bawaan, nggak usah titip-titip, langsung bawa aja kantongnya ke dalam. Nggak ada yang bakal curiga kita mau nyuri. Kalau mau pakai trolly, harus pakai koin; seribuan atau 1 sen untuk buka kunci trolly yang diparkiran trolly. yaa, kalau mau duitnya balik kan mesti taruh trolly nya lagi ke tempat semula. Kalau malas, koin nya ditinggal aja. tapi jarang yang meninggalkan trolly di sembarang tempat. Pasti naruh lagi dan ambil koinnya. lumayan… seribu apa dua ribu gitu. Kalau mau cari berbagai jenis daging, adanya di supermarket, mulai dari daging sapi sampai daging babi. Daging babi biasanya lebih murah dari daging sapi. Hati-hati buat yang nggak bisa bahasa Belanda, hati-hati membaca keterangan jenis daging di kemasan.

Toko Indonesia

Alhamdulillah ada toko Indonesia di sini, kalau nggak bisa minta pulang karena nggak makan-makan selama di Belanda. Di toko Indonesia semua yang umum dijual di Indonesia ada di sana. Misalnya; cabe rawit, saus dan sambal ABC, tempe, tepung Kobe, beras pandan, mie bungkus, dll. Jadi syukurlah masih bisa makan goreng tempe :P, dari pada disuguhin roti rasa ketumbar… dilapis keju sebuk ketumbar lagi. huaa :(( tidakkk…

Transportasi

Transportasi umum adalah bus dan kereta, transportasi pribadi yang paling digemari adalah sepeda, yang kedua mobil, ada sebagian kecil pengguna motor, bahkan sampan atau yang lebih besar lagi kapal. Sepanjang ada kanal, pasti bersih dan bebas dari sampah. Kanal bisa dipakai sebagai sarana transportasi untuk sampan, bahkan kapal dari negara tetangga pun bisa bebas parkir di sepanjang perairan Belanda. Di sini, sepanjang kanal juga ada taman, tempat wisatawan asing bersantai dan dan memarkirkan kapalnya sambil memancing.

Kebanyakan orang Belanda pakai sepeda, jauh dekat dengan sepeda. Saking banyak nya sepeda, akhirnya banyak ragam sepeda mulai dari yang murah sampai yang mahalnya sama dengan harga Yamaha Mio. wah… gimana tuh rasa ‘ngayuh nya. Karena sepeda menjadi transportasi utama juga, maka disediakan jalur khusus untuk pemakai sepeda, termasuk aturan dan rambu-rambunya. Di sini sepeda bebas parkir dan tidak dipungut bayaran walaupun berhari-hari.

Harga tiket bus atau kereta cukup mahal. kalau mau murah harus pakai langganan dan daftar kartu bulanan atau isi saldo, jadi bisa diskon 40%. Tapi karena serba mahal inilah, bus atau keretanya jadi sepi dan orang lebih banyak menggunakan sepeda, biaya opersionalnya lebih murah, modal dengkul doing, tinggal dikayuh.